PENDEKATAN
DALAM MANAJEMEN KELAS DI SEKOLAH DASAR
I.
DESKRIPSI
Setelah mempelajri materi ini, Anda
dapat memahami dan mengaplikasikan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas
dalam pelaksanaan pembelajaran di SD, ilmu yang anda terima adalah sebagai
modal seorang guru untk melaksanakan pembelajaran dengan tepat, mengajar di SD
beda dengan mengajar di tingkat yang lebih tinggi karena di SD adalah merupakan
penanaman pundasi ilmu kepada peserta didik untuk lanjut ke tingkat yang lebih
tinggi karena suasana kelasnya rata-rata gaduh tidak mau tenang sehingga
kadang-kadang guru sulit untuk memulai pembelajaran dengan tepat waktu karena
menunggu tenangnya kelas untuk memulai pembelajaran, sehingga guru SD dituntut
untuk memiliki keserdasan pengasaan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
II.
TUJAUN PEMBELAJARAN
Setelah
anda mempelajari materi 2 ini, anda dapat menjelaskan jrnis-jenis
pendekatan dalam manajemen kelas
III.
URAIAN MATERI
IV. BERBAGI PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
DI SD
Berikut beberapa contoh pendekatan dalam manajemen kelas
yang maksudnya untuk agar guru dan calon guru lebih memahami kekuatan dan
kelemahan yang ada pada setiap pendekatan sehingga guru dapat menggunakan
pendekatan tersebut dengan tepat sesuai dengan kondisi kelas yang di hadapinya
Ditinjau dari metode pendekatannya,secara garis besar bimbingan dapat dibedakan
dalam dua cara yaitu:
A.
TEKNIK PENFEKATAN SECARA INDIVIDUAL
Teknik pendidikan secara individual,yaitu bimbingan yang diberikan
secara individual atau perseorangan.hal tersebut sering dikenal dengan
istilah”individual conseling” karena pembimbingan tersebut dilakukan secara
individual.Imam Sholihin,(2010), (online)
Latar belakang warga belajar pada
pendidikan kesetaraan sangat heterogen, hal tersebut dikarenakan sasaran
pendidikan kesetaraan adalah mereka (warga masyarakat) yang tidak terlayani
oleh pendidikan formal memiliki banyak factor yang mempengaruhinya. Drop out
dan tamat tetapi tidak melanjutkan biasanya disebabkan oleh banya k factor,
antara lain: factor ekonimi, social, keterbelakangan, dan bahkaan factor
demokrafi. Selain factor tersebut, lamanya seseorang tidak bersekolah (jalir
formal) kemudian diajak kembali untuk bersekolah (belajar) melalui jalur yang
berbeda (non-formal) akan sangat mempangaruhi terhadap semangat belajar warga
belajar.
Kesulitan belajar sering kali
menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar, ketidak mampuan warga belajar
mengembangkan potensi dirinya dapat memungkinkan warga belajar menjadi putus
asa. Ada beberapa penyebab terjadinya keesulitan dalam belajar, antara lain:
a. Kesulitan mempersepsikan, berpikir,
dan mengingat yang berkenan dalam proses pembelajaran.
b. Adanya minimal brain dysfuncation
namun tidak berhubungan dengan tingkat integensi atau kerusakan fisik alat
indra.
c. Setting lingkungan belajar yang
berakibat munculnya kesulitan peserta didik dalam menerima materi prlajaran.
Mengatasi kesulitan belajar
merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan untuk dapat meningkatkan
kompotensi warga belajar. hal tersebut dapat dilakukan melalui setting
lingkungan, penggunaan metode belajar yang variatif dan pendekatan pembelajaran
secara individu. Peranan tutor dalam pengembangan potensi diri warga belajar
ditentukan oleh kemampuan tutor tersebut memahami larat belakang warga
belajarnya dan menemukan penyebab kesukaran belajar yang dihadapinya, selain
penguasaan materi pelajaran.
Upaya yang harus dilakukan seorang
tutor dalam hal ini adalah tutor harus melakukan pendekatan individu akar
permasalahannya dan solusi permasalahan kesulitan belajar bagi warga
belajarnya. Melalui pendekatan pembelajaran secara individual ini dapat melakukan
pola pembelajaran yang menyenangkan untuk mengurangi kebosanan warga belajar,
serta mampu membangkitkan motivasi belajar pada akhirnya warga belajar
dapat mengembangkan potensi dirinya sendiri. Aldisar Qomara, (2010), online
B.
TEKNIK PENDEKATAN SECARA KELOMPOK
Teknik pedekatan secara
kelompok,yaitu bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap sejumlah
individu sehingga beberapa orang atau individu sekaligus dapat menerima
bimbingan yang di maksudkan.
Premesi utama yang mendasari pendekatan proses kelompok di dasari pada
asumsi-asumsi berikut:
1.
Kehidupan sekolah berlangsung dan
lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
2.
Tugas pokok guru adalah menciptakan
dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif
3.
Kelompok kelas adalah suatu system
social yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua system social.
4.
Pengelolaan kelas oleh guru adalah
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang sudah menunjang terciptanya
suasana belajar yang menguntungkan.
.(Dalamhttp://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html)
Pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi – asumsi
berikut:
1.
Kehidupan sekolah berlangsung dalam
lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
2.
Tugas pokok guru adalah menciptakan
dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif.
3.
Kelompok kelas adalah suatu system
social yang mengandung ciri – ciri yang terdapat pada semua system
social.Pengelolaan siswa oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Menurut Schmuck dan Weber (1986) mengemukakan 6 ciri pendekatan proses
kelompok, yaitu:
1.
Harapan adalah persepsi yang
dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain.
2.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapian tujuannya serta
memelihara dan / atau meningkatkan kepaduan.
3.
Daya tarik menunjuk pada pola – pola
persahabatan dalam kelompok kelas.
4.
Norma adalah pengharapan bersama
mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok.
Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut
memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami orang lain.
5.
Komunikasi, baik verbal maupun non –
verbal adalah dialog antara anggota – anggota kelompok, komunikasi yang efektif
berarti menerima pesan dan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan.
6.
Keterpaduan menyangkut perasaan
kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya.
7.
Keterpaduan menekankan hubungan
individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
C.
Pedekatan Yang Lain Pada Manajemen Kelas
Disamping pendekatan individual dan pemdekatan kelompok
dalam manajemen kelas maka, ada beberapa pendekatan yang lain dalam manajemen
kelas yang yang perlu difahami dan dikuasai oleh guru dan calon guru yang
sangat membantu guru untuk melaksanakan proses pembelajaran khususnya di SD.
Pada dasarnya sistem pembelajaran yang dianut disekolah dasar sangat tergantung
pada pendekatan dan metode yang digunakan. Djamarah (2006) Adapun
pendekatan berbagai pendekatan lain tersebut adalah seperti dalam uraian
berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.
Pendekatan Resep atau buku masak
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan
memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.
Pendekatan buku masak merupakan pendekatan berbentuk
rekomendasi berisi daftar hal-hal harus dilakukan atau yang tidak harus di
lakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah
manajemen kelas.pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap relatif pada diri
guru dalam manejemen kelas.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai
dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan
pengubah prilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaiorisme.prinsip
utama yang mendasari pendektan ini adalah prilaku merupakan hasil proses
belajar.
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Pendekatan ini bertolak dari sudut pandang bihavioral yang
mengemukakan asumsi bahwa :
a.
Semua tingkah laku yang
baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar asumsi ini
mengharuskan wali / guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang
dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan
tingkah laku yang menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya.
b. Di dalam proses belajar
terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan positif (positive
re inforcement) hukuman penghapusan (extinction) dang penguatan negatif
(negative reinforcement) asumsi ini mengharuskan seorang wali / guru melakukan
usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (merangsang)
bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama dikalangan siswa.
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan
ini berakar pada pisikologi penyuluhan klinikal dank arena itu memberikan arti
yang sangat penting pada hubungan antara pribadi dan pendekatan ini dibangun
atas dasar asumsi bahwa manajemen keelas yang efektif sangat tergantung pada
hubungan positif antara guru dengan siswa. P,endekatan ini memendang bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hungan yang baik antara
pengajar dan pembelajaran. Maman Rakhman (;2005).
Dalam
pendekatan ini,peran guru adalah mendorong perkembangan dankerjasama
kelompok.pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan gura
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjags kondisi itu agar
tetap baik.. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut juga dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan. (Djamarah, 2006:179). Dalam manajemen kelas guru bertugas
membangun hubungan antar pribadi yang positif sehingga tercipta iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Menurut Rogers, kelancarran proses belajar yang sangat
penting tergantung kepada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi
antara guru dengan peserta didik. Rogers mengidentifikasi beberapa sikap, yaitu
kelulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian,
mempercayai, dan pengertian empatik. Sedangkan
Menurut Ginott (1972) menekankan pentingnya komunikasi yang
efektif untuk meningkatkan hubungan antara guru dengan siswa dengan cara
berbicara sesuai dengan situasi. Apabila ada perilaku siswa yang tidak
dikehendaki, guru menasehati agar menerankan apa yang dilihatnya, menjelaskan
apa yang dirasakannya dan menerangkan apa yang perlu dilakukan.
Menurut Glasser, (1969), menekankan pentingnya keterlibatan
guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebut terapi kenyataan.
Perilaku siswa yang menyimpan adalah buah kegagalannya mengembangkan keberadaan
dirinya. Glasser mengemukakan 8 langkah untuk membantu mengubah perilaku
menyimpan peserta didik, yaitu:
1. Melibatkan dirinya dengan siswanya
dengan menunjukkan kesediaanya membantu siswa, memecahkan masalah.
2. Memberikan uraian tentang perilaku
siswa.
3. Membantu siswa membuat pendapat
tentang perilakunya yang menjadi masalah.
4. Membantu siswa merencanakan tindakan
yang lebih baik.
5. Membimbing siswa
6. Mendorong siswa untuk melaksanakan
rencananya
7. Tidak menerima pernyataan maaf siswa
apabila rencana siswa gagal.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa
merasakan akibat wajah dari perilakunya yang menyimpang.
Menurut Dreikusr (1982), mengemukakan gagasan-gagasan penting yang
memenuhi implikasi bagi manajemen kelas yang efektif, yaitu;
1. Penekanan pada kelas yang demokratis
dengan kondisis siswa dengan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses
maupun dalam langkah maju.
2. Pengakuan akan pengaruh konsekuensi
wajar dan logis dari perilaku siswa.
(Rogers, Ginott, Glasser, Dreikurs, Manajemen kelas,<on line>)
8.
Pendekatan
Elektik
Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan elektik
yaitu :
a. Menguasai pendekatan-pendekatan
manajemen kelas yang potensial seperti perubahan prilaku dan proses kelompok.
b. dapat memilih pendekatan yang tepat
dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah menejemen
kelas.
Kesimpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih manajemen kelas yang tepat
sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang
dihadapinya.
Menurut
Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan
semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan
suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis,
teoritis, dan / psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber
pemilihan. Perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut
pendekatan eklektik.
Hal yang perlu dikuasai oleh seorang guru dalam menerapkan pendekatan
eklektik yaitu:
1.
Menguasai pendekatan manajemen kelas
yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio
– emosional, dan proses kelompok.
2. Dapat memilih pendekatan yang tepat dan
melaksanakan prosedur yang sesuai baik dalam
masalah manajemen kelas.(wilford A.Weber, manajemen kelas, (online)
9.
Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda
dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada
guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari
berbagai pendekatan yang mempunyai potensi terbesar mampu menanggulangi masalah
manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.
Ada emapt tahap pendekatan analitik pluralistic:
1.
Menentukan kondisi kelas yang
diinginkan.Dalam hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan
mendalam tentang kondisi – kondisi yang menurut penilaianya
akan memungkinkan mengajar secara efektif.Keuntungan dari pendekatan ini
adalah:
a.
Guru tidak memandang kelas semata –
mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul.
b.
Guru akan memiliki seperangkat
tujuan yang mengarahkan dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil
upayanya.
2.
Menganalisis kondisi kelas yang
nyata.Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru mengetahui:
a. Kesenjangan antara kondisi sekarang
dan yang diharapkan.
b. Kesenjangan yang timbul jika guru
gagal mengambil tindakan pencegahan.
c. Kondisi sekarang yang perlu
dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik.
3.
Memilih dan menggunakan strategi
pengelolaan.Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi
manajerial yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu
memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang
dianalisis sebelumnya.
4.
Menilai keefektifan pengelolaan
Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada 2 perangkat perilaku, yaitu:
a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru
telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.
b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh
mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan
apa – apa yang diharapkan untuk dilakukan.
Kesimpulannya
,Seorang guru adalah tenaga profesional yang berperan sebagai pengelola
aktivitas yang harus bekerja berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan
manajemen kelas. Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas supaya bisa menyesuaikan
sehingga dapat mengangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang
dihadapinya.Maman Rakhman (1999)
10.
Pendekatan
penguatan
Teori pengubahan menyatakan bahwa penguatan prilaku tertentu sejalan dengan
usaha belajar yang hasilnya memperoleh ganjaran.perilaku yang diperbuat berupa
prilaku yang disukai.prilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk
diteruskan.umumnya penguatan diberikan kepada pembelajaran yang menampilkan
tingkah laku yang baik dengan harapan agar prilaku tertentu yang dikuasai pembelajaran
disebut penguatan positif,sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau
menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil
kepada diri pembelajaran disebut penguatan negatif.
D.
PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF
Manajemen kelas biasa juga di sebut
dengan pengelolaan kelas, pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu;
pengelolaan dan kelas, pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”,
ditambah awalan “pe”dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah
“manajemen”, Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu
manajemen yaitu ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Djamarah,(2006)
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu” pengelolaan dan kelas”.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an” istilah lain dari kata pengelolaan adalah “management”, yang
berarti ketalaksanaan, tata pimpinan, pen gelolaan. Manajemen atau pengelolaan
dalam pengertian umum menurut Suharsini arikunto pengadministrasian, pengaturan
atau penataan suatu kegiatan.Suharsini Arikunto, (2004)
1. Pengaturan
Siswa
Abu Hamid dan Widodo Supriono (1991) melihat siswa sebagai
individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya terletak
pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan dan persamaan yang
dimaksud diantaranya adalah:
a.
Persamaan dan perbedaan dalam
kecerdasan
b.
Persamaan dan perbedaan dalam
kecakapan
c.
Persamaan dan perbedaan dalam bakat
d.
Persamaan dan perbedaan dalam sikap
e.
Persamaan dan perbedaan dalam
kebiasaan
f.
Persamaan dan perbedaan dalam
pola-pola dan tempo perkembangan.
Berbagai persamaan dan perrbedaan siswa diatas, berguna
dalam membantu usaha pengaturan siswa dikelas tertutama berhububgan dengan
masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan yang
efektif dan kreatif.
Kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek
individu siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek individu
siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa,
dimana menempatkan siswa yang mempunyai postu tubuh tinggi atau rendah, dimana
menempatkan siswa yang memiliki kelainanj penglihatan dan pendengaran, jenis
kelamin siswa perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan siswa.
Siswa yang cerdas, lincah, bodoh, pendiam, yang suka membuat
keributan, suka mengganggu temannya dan sebagainya. Sebaiknya dipisah agar
kelompok tidak didomoinasi oleh suatu kelompok tertentu agar bersaingan dalam
belajar berjalan seimbang.
Kelas merupakan taman taman belajar bagi siswa. Kelas
adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual
dan emosional. Syarat-syarat atau indikor kelas yang baik adalah:
a. Rapi, bersih, sehat, tidak lembab,
b. Cukup cahaya yang meneranginya,
c.
Sirkulasi udara cukup
d.
Perabot dalam kelas baik, cukup
jumlahnyadan ditata dengan rapi
e.
Jumlah siswa tidak lebih dari 40
orang (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikddasmen, (1996)
2. Prinsip
Kelas yang Efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang daapaat membawa
belajar yang efektif.Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar. Mursel dalam hal
ini mengemukakan enam prinsip mengajar yang apabila ke-enam prinsip mengajar
itu tidak digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang
menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai.
Prinsip-prinsip tersebut adalah senbagai berikut:
a.
Konteks
`situasi problematic yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan
dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan
melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif justru karena tujuan itu sendiri.
Ciri-ciri konteks yang baik adalah:
1) Dapat membuat pelajar menjadi lawan
berinteraksi secara dinamis dan kuat
2) Terdiri dari pengalaman yang actual
dan konkret
3) Pengalaman konkret yang
dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersiifat sederhana dan
pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi
b.
Fokus
Untuk mencapai pembelajaran yang
efektif, harus dipilih focus yang memiliki ciri-ciri yang baik,seperti uaraian
berikut ini: . Depdagri dan Dekdikbud,(.1996)
1) Memobilisasi tujuan
2) Memberi bentuk dan uniformitas pada
belajar
3) Mengorganisasikan belajar sebagai
suatu proses eksplorasi dan penemuan focus yang baik harus menimbulkan suatu
pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu
c.
Sosialisai
Mutu makna
dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka social tempat
belajar itu sangatlah berlaku. Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali
pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas.
d.
Individualisasi
Belajar
memang persoalan individual , tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu
dari yang dilakukan ole individu lain.
e.
Urutan
Guru harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun
secara tepat menurut waktu atau urutannya.
f.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.Evaluasi
merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai insur integral di dalam
organisasi belajar yang wajar.Evaluasi dapat digunakan untuk menilai metode
mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang
siswa sebagai perseorangan,dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar yang
lebih baik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan
“Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat
dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah
adalah sebagai berikut.
1.
Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias
diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak
didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan
berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau
media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan
mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar
yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5.
Penekanan pada hal-hal
yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang
yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah
laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran
guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
Tujuan akhir dari
pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri
dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan
tanggung jawab. Akhmad Sudrajat, (2008)
Thomas Gordon (1990:) mengatakan bahwa hubungan guru dan
siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut
:
1.
Keterbukaan, sehingga baik guru
maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
2.
Tanggap bilamana seseorang tahu dia
dinilai oleh guru lain.
3.
Saling
ketergantungan, anatar satu dengan yang lain.
4.
Kebiasaan, yang memperbolahkan
setiap orang tumbuh dan mengembangkan ke unikannya, kreativitasnya dan
kepribadiannya.
5.
Saling memenuhi kebutuhan, sehingga
tidak ada kebutuhan seorangpun yang terpenuhi Suharsini Arikunto,dkk,
(2008),online
Bila begitu konsepsi pengololaan kelas yang efetif, maka itu
berarti tugas yang berat bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau
memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem dengan
pengololaan kelas, seperti kurangnya kesatuan, tidak standar perilaku dalam
bekerja kelompok, reaksi negative terhadap anggota kelompok, moral redah, kelas
mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya dan sebagainya.
Peran seorang guru pada pengololaan kelas sangat penting
khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena
secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni
pengajaran dan pengololaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni
pengjarran, segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengololaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran
berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengolola kelas. Indicator dari
kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai standar atau
batas ukuran yang ditentukan.karena itu, pengolaan kelas merupakan kompotensi
guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu
maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengolola kelas.
a. Sesuai (ekspositori, inkuiri,
eksperimen, atau discovery) melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar dan
fasilitas belajar yang tersedia.
b. Memotivasi kegiatan belajar peserta
didik melalui penguatan, penjelasan, penghargaan, ataupun apresiasi terhadap
perilaku belajar peserta didik.
c.
Melakukan penyesuaian-penyesuaian
kegiatan belajar peserta didik berdasarkan analisis aktual kondisi proses
pembelajaran yang terjadi, agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan
peserta didik.Suharsini Arikunto,
E. MENANGANI
PRILAKU YANG MENYIMPANG DENGAN BERBAGAI PEBDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pakar
manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya membedakan antara intervensi
minor dan moderasi dalam menangani perilaku perilaku penyimpangan pada peserta
didik yaitu:
1.
Intensi Minor
Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor atau kecil.
Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di
kelas. Misalnya, murid mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa
ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Strategi yang efektif
antara lain adalah:
2.
Gunakan isyarat non verbal
Jalin kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan
meletakkan telunjuk jari di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan
isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.
3.
Terus lanjutkan aktifitas
belajar
Biasanya terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam
kegiatan belajar mengajar, dimana pada jeda tersebut murid tidak melakukan
apa-apa. Pada situasi ini, murid mungkin akan meninggalkan tempat duduknya,
mengobrol, bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan
mengkoreksi tindakan mereka tetapi segera melangsungkan aktifitas baru
berikutnya.
4.
Arahkan perilaku
Jika murid mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan
mereka tentang kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak
harus menyelesaikan soal matematika ini.”
5.
Beri instruksi yang
dibutuhkan
Terkadang siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak
memahami cara mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya anda harus memantau murid
dan memberi petunjuk jika dibutuhkan.
6.
Suruh murid berhenti dengan
nada tegas dan langsung
Jalin kotak mata dengan murid, bersikap asertif, dan suruh murid
menghentikan tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi
sampai murid patuh. Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan
strategi mengarahkan perilaku murid.
7. Beri murid pilihan
Berilah murid tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau
menerima konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan benar itu dan apa
konsekuensi bila melanggar.
8. Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan
Bila anda memperbolehkan murid untuk berkeliling kelas atau mengerjakan
tugas dengan murid lain dan ia malah menyalahgunakan privilese yang anda
berikan atau mengganggu pekerjaan temannya, maka anda bisa mencabut privilesenya.
9. Buat perjanjian behavioral
Buatlah perjanjian yang bisa disepakati
oleh semua murid. Perjanjian ini harus merefleksikan masukan dari kedua belah
pihak yaitu guru dan murid. Jika muncul problem dan murid tetap keras kepala,
guru bisa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah dibuat.
10.
Pisahkan atau keluarkan murid
dari kelas
Bila murid bersenda gurau dan bersikap
tidak mengindahkan peringatan, anda bisa memisahkan ia dari murid disekitarnya
ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.
11. Kenakan
hukuman atau sanksi
Menggunakan hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan
kekerasan, tetapi biasa dilakukan dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau
menulis halaman tambahan.
V.
RANGKUMAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD ada beberapa pendekatan
yang harus digunakan guru supaya kondisi kelas tetap kondusif, terhindar dari
berbagai masalah kelas yang dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran.ada
beberapa pendekatan dalam pelaksanaan manajemen kelas yang sering digunakan
guru dalam pembelajaran yaitu:
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan Kelompok
Selain ke dua pendekatan dalam manajemen kelas ada pula
beberapa pendekatan yang sering digunakan antara lain ; pendekatan kekuasaan,
pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep atau buku masak,
pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan pengajaran, pendekatan
sosioemosional, peendekatan elektik, pendekatan analitik pluralistic, dan
pendekatan pnguatan , pengauatan tentang manajemen kelas dibahas pula tentang
pendekatan dalam pengelolaan kelas dimana kedua istilah tersebut pada dasarnya
mengandung pengertian dan tujuan yang sama. Dan terakhir adalah masalah
mengangani prilaku yang menyimpang yang sering muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran, manajemen kelas ataupun pengelolaan kelas
Seperti dikemukakan terdahulu, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan
atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua
tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak
disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang
bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua
alasan:
- siswa
telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
- siswa
itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
- ada
empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada
segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
- proses
belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh
kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas
pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah
terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia,
yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa
menampilkan tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat
(konsekwensi) tertentu. Ada empat kategori dasar dari akibat:
- apabila
ganjaran diberikan,
- apabila
hukuman diberikan,
- apabila
ganjaran dihentikan, dan
- apabila
hukuman dihentikan.
Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut
saja penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan
(extinention) atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya.
Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi munculnya tingkah laku
tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan
positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang
dimaksud, mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang
dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi
di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah
laku siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa
laporan Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan
yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan
berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah
laku yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai
(yaitu hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan
frekuensi pemunculan tingkah laku itu menurun.
Contoh:
Jamilus menyerahkan kepada guru laporan yang kurang rapi (tingkah laku siswa).
Guru memahami Jamilus karena tidak memperhatikan kerapian laporan itu,
mengatakan bahwa laporan yang tidak rapi sukar dibaca dan menyuruh Jamilus
menulis laporan itu kembali (hukuman). Untuk laporan-laporan selanjutnya,
Jamilus telah memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang
mendapatkan hukuman itu menurun). Penghilangan adalah menahan (tidak lagi
memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah
(menahan pemberian penguatan positif). Penghilangan ini menghasilkan penurunan
frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
Contoh:
Susi, yang laporan-laporan sebelumnya memperoleh pujian dari guru,
menyerahkan kepada guru laporan yang rapi (tingkah laku siswa yang sebelumnya
mendapat penguatan). Guru menerima laporan itu dan setelah dibaca mengembalikan
laporan itu tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif). Untuk
laporan-laporan berikutnya Susi menjadi kurang rapi (frekuensi tingkat laku
yang telah dikuatkan menurun). Penundaan merupakan tindakan tidak jadi
memberikan ganjaran atau mengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu.
Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi
tingkah laku yang dimaksudkan itu.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka
itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para siswa
mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para
siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali
Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam
permainan itu dan duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya
(mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Jayeng
mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku
menurun).
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak
disukai (yaitu hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang
mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan
kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Jamilus adalah salah seorang siswa yang harus menerus menyerahkan kepada
guru laporan-laporan yang ditulis dengan tidak rapi. Meskipun guru terus
menerus menegur dan memarahinya, laporan-laporan Jamilus itu tidak lebih baik.
Pada suatu ketika Jamilus menyerahkan laporan yang agak rapi. Guru menerima
laporan Jamilus itu tanpa komentar dan tanpa teguran atau marah yang selama ini
ditempatkan kepadanya (peniadaan hukuman). Selanjutnya, laporan-laporan Jamilus
menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku meningkat).
Dapat diringkaskan, guru dapat menumbuhkan tingkah laku yang diinginkan pada
diri siswa melalui penerapan penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran dan
penguatan negatif yaitu peniadaan hukuman. Guru dapat mengurangi tingkah laku
yang tidak diinginkan pada diri siswa melalui penerapan penghukuman, yaitu
pemberian perangsang yang tidak mengenakkan; penghilangan yaitu menahan
pemberian ganjaran yang biasanya diberikan dan penundaan, yaitu mengecualikan
siswa dari pemberian ganjaran tertentu. Perlu diingat bahwa penerapan
masing-masing jenis akibat (konsekuensi) itu berkaitan dengan diterus atau
dihentikannya penampilan suatu tingkah laku di masa depan. Jika guru memberikan
penguatan terhadap perbuatan yang menyimpang, maka besar kemungkinan perbuatan
yang menyimpang itu akan diulangi atau diteruskan; dan sebaliknya, apabila guru
menghukum tingkah laku yang baik, maka besar kemungkinan perbuatan yang
sebenarnya baik it akan dihentikan penampilannya.
Tentang kapan penguatan itu diberikan juga penting. Tingkah laku siswa yang
dianggap baik dan perlu diteruskan hendaknya diberi penguatan sesegera mungkin
setelah tingkah laku itu ditampilkan. Tingkah laku siswa yang tidak diinginkan
dan perlu dihentikan hendaklah diberi hukuman sesegera mungkin setelah tingkah
laku itu ditampilkan. Tingkah laku yang tidak segera diberi penguatan akan
cenderung melemah dan tingkah laku yang tidak segera diberi hukuman akan
cenderung berkembang (menguat). Dengan demikian, unsur waktu dalam pemberian
penguatan dan hukuman adalah penting. “Makin cepat makin baik” merupakan
kata-kata yang perlu diperhatikan bagi guru berkenaan dengan keefektifannya dalam
mengelola kelas.
Frekuensi pemberian penguatan juga perlu diperhatikan. Penguatan terus
menerus yaitu yang diberikan setelah setiap kali tingkah laku yang dimaksudkan
ditampilkan, berakibat makin seringnya penampilan tingkah laku itu. Dengan
demikian, jika guru ingin memperkuat tingkah laku tertentu dari seorang siswa
maka guru itu hendaklah memberikan ganjaran pada setiap penampilan tingkah laku
yang dimaksud. Penguatan yang terus menerus itu terutama sekali efektif bagi
tahap-tahap awal penguasaan suatu tingkah laku khusus tertentu, dan sekali
tingkah laku itu sudah terbina pada diri siswa, penguatan berkala akan lebih
efektif. Ada dua macam penjadwalan dalam penguatan berkala, yaitu penjadwalan
interval dan penjadwalan rasio. Penjadwalan interval dilaksanakan apabila guru
memberikan penguatan kepada siswa setiap setelah jangka waktu tertentu.
Misalnya, guru memberikan penguatan setiap jam. Penjadwalan rasio
dilaksanakan apabila guru memberikan pengaturan kepada siswa setiap setelah
siswa menampilkan sekian kali tingkah laku yang dimaksud.
Misalnya, guru memberikan penguatan setiap siswa telah menampilkan empat
kali tingkah laku yang dimaksud. Pada umumnya, penjadwalan interval lebih
efektif diterapkan untuk mempertahankan agar tingkah laku yang dimaksudkan itu
terus menerus dapat berlangsung secara tetap, sedangkan penjadwalan rasio lebih
efektif untuk meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku itu.
Dalam proses pemberian penguatan, ganjaran yang diberikan disebut penguat
(reinforce). Jenis-jenis penguat dapat digolongkan ke dalam dua klasifikasi
besar:
- penguat
besar, yaitu penguat-penguat yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan
untuk berlangsungnya hidup (seperti makanan, air, udara yang segar), dan
- penguat
bersyarat, yaitu penguat-penguat yang dipelajari (seperti pujian, kasih
sayang, uang).
Penguat bersyarat meliputi:
- penguat
sosial, yaitu pemberian ganjaran terhadap tingkah laku tertentu oleh orang
lain dalam kaitannya dengan suasana sosial (seperti tepuk tangan, pujian);
- penguat
penghargaan yaitu jenis ganjaran yang merupakan tanda penghargaan, yang
mana tanda penghargaan itu mungkin dapat ditukarkan dengan ganjaran nyata
yang dapat bermanfaat (seperti uang tanda tukar kebutuhan sekolah
lainnya);
- penguatan
kegiatan, yaitu jenis ganjaran yang berupa kesempatan untuk melakukan
kegiatan tertentu (seperti kesempatan berekreasi, membaca bebas di
perpustakaan). Dalam menyelenggarakan penguatan haruslah diperhatikan
pengaruh penguatan itu pada diri masing-masing siswa. Keberhasilan suatu
usaha penguatan harus dilihat sampai berapa jauh penguatan itu mampu
meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang diberi penguatan itu.
Dengan demikian, arti suatu ganjaran hanya bisa dimengerti dalam kaitannya
dengan siswa tertentu.
Ganjaran bagi seorang siswa mungkin memang merupakan ganjaran, tetapi bagi
siswa lainnya justru merupakan hukuman. Tanggapan guru terhadap tingkah laku
siswa yang dimaksudkan sebagai pujian dan ganjaran, dirasakan oleh siswa
sebagai hukuman dan sebaliknya, yang dimaksudkan sebagai hukuman justru
seringkali terjadi. Seringkali siswa melakukan tindakan yang menyimpang untuk
menarik perhatian orang lain. Tanggapan guru yang berupa marah atau omelan,
bagi siswa yang haus akan perhatian orang lain dirasakan lebih sebagai ganjaran
daripada sebagai hukuman, dan sebagai akibatnya siswa itu terus bertingkah laku
menyimpang dengan tujuan menarik perhatian orang lain.
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih
dan menerapkan penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini
tampaknya sukar, namun sebenarnya tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat
tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu, bahkan siswa
itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya.
Ada tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan
siswa tertentu:
- melihat
petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu
dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
- melihat petunjuk-petunjuk
tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan
tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan atau
tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang
tampaknya menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan
- memperoleh
petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada siswa
yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki
waktu terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa
biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat
membahas penggunaan ganjaran, marilah kita singgung sedikit lagi tentang
hal yang sebenarnya masih merupakan suatu dilema atau masih diperdebatkan,
yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan, yaitu:
- penggunaan
hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau
menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
- penggunaan
hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat
menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus
dengan hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
- penggunaan
hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan
terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan
cara-cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana
dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman perlu dikenali.
Beberapa keuntungan ialah:
- Hukuman
dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan
dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup
lama.
- Hukuman
berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa
siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat
diterima.
- Hukuman
berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa
hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah
yang mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman:
- Hukuman
dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah
laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya.
Misalnya, seorang siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan
giliran mungkin tetap akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara
baginya terbuka luas.
- Hukuman
dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
- Hukuman
dapat menyebabkan siswa agresif.
- Hukuman
dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan.
Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan
(seperti menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
- Hukuman
dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana
diluar dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri
sendiri cukup berharga atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap
sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan
hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus benar-benar
dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang sudah
dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
Disamping itu, dalam melaksanakan hukuman itu guru harus sudah mempertimbangkan
hal-hal atau akibat yang mungkin terjadi dan guru harus sudah siap pula
menanggulangi apa yang mungkin terjadi itu. Lebih jauh disarankan agar guru
juga mampu memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang baik sambil
sekaligus mampu menahan pemberian penguatan atau hukuman terhadap tingkah laku
yang tidak disukai.
Pembicaraan tentang pendekatan pengubahan tingkah laku dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Mengabaikan
tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukkan persetujuan atas
tingkah laku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan tidak
langkah yang baik bagi siswa-siswa di kelasnya.
- Menunjukkan
persetujuan atas tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci dari
pengelolaan kelas yang efektif.
Kesimpulan-kesimpulan diatas dapat diartikan sebagai berikut:
- Memberikan
ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian
ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina
tingkah laku siswa yang lebih baik didalam kelasnya.
- Menghukum
tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu
tetapi mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
- Memberikan
ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi
pengelolaan kelas yang efektif.